Malioboro Kian Nyaman Saat Uji Coba Full Pedestrian
kabarsantai – Suasana Malioboro kini terasa berbeda. Deru kendaraan yang dulu mendominasi jalan legendaris ini kini berganti dengan langkah kaki para wisatawan dan pedagang yang tampak lebih leluasa menikmati suasana. Dalam uji coba full pedestrian selama 24 jam penuh, kawasan Malioboro benar-benar disulap menjadi ruang publik yang hidup, ramah, dan menenangkan.
Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mempertegas identitas Malioboro sebagai ikon wisata budaya dan pedestrian utama Indonesia. Uji coba yang berlangsung sejak awal Oktober ini menuai antusiasme sekaligus menjadi bahan evaluasi untuk penataan permanen ke depan.
1. Pengunjung Lebih Nyaman Menikmati Suasana
Tanpa lalu lintas kendaraan bermotor, udara di sepanjang Malioboro terasa lebih segar. Banyak wisatawan yang terlihat duduk santai di bangku batu, menikmati musik jalanan, atau berfoto dengan latar toko-toko klasik.
Ruang yang sebelumnya sempit kini terasa lega. Wisatawan tak lagi khawatir terserempet kendaraan saat berjalan, sementara suasana sore menjadi waktu favorit untuk menikmati Malioboro yang lebih manusiawi.
2. PKL dan Pedagang Lokal Didorong Lebih Tertata
Salah satu fokus utama dari uji coba ini adalah penataan pedagang kaki lima (PKL) agar lebih rapi dan tidak mengganggu arus pejalan kaki.
Pemerintah kota menyiapkan area khusus bagi para pedagang yang tetap mengedepankan estetika dan kebersihan.
Menurut Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, skema baru ini diharapkan menciptakan harmoni antara aktivitas ekonomi rakyat dan kenyamanan pengunjung.
3. Transportasi Dialihkan, Akses Tetap Terjaga
Untuk mendukung kebijakan full pedestrian, kendaraan bermotor dialihkan ke beberapa ruas alternatif seperti Jalan Mataram, Pasar Kembang, dan Abu Bakar Ali.
Pemkot juga menyiapkan area parkir terpadu dan shuttle bus ramah lingkungan untuk memudahkan wisatawan menuju Malioboro.
Langkah ini sekaligus menjadi uji coba sistem mobilitas terpadu yang lebih berkelanjutan di kawasan wisata utama Yogyakarta.
4. Kolaborasi Seni dan Budaya Mewarnai Ruang Publik
Selama masa uji coba, berbagai komunitas seni dan musik lokal turut memeriahkan suasana.
Mulai dari pertunjukan street performance, pameran foto sejarah Malioboro, hingga aksi melukis mural bertema “Jalan untuk Semua”.
Inisiatif ini tak hanya mempercantik kawasan, tapi juga menghidupkan kembali semangat kreatif warga yang menjadi ciri khas kota budaya ini.
5. Evaluasi dan Harapan Keberlanjutan
Pemerintah daerah masih melakukan pemantauan terhadap arus pengunjung, kebersihan, dan dampak ekonomi dari uji coba ini.
Jika hasilnya positif, kebijakan full pedestrian akan dipertimbangkan menjadi permanen dengan dukungan regulasi dan infrastruktur yang lebih kuat.
Beberapa penyesuaian seperti waktu operasional PKL dan penataan zona seni juga masih dikaji bersama masyarakat.

