Taipan Amerika Murka Setelah Zohran Mamdani Menang Pemilu New York, Ancaman Pindah Bisnis Gegerkan Wall Street
kabarsantai.web.id Pemilu di New York kali ini menorehkan sejarah baru. Kemenangan Zohran Mamdani, sosok progresif berdarah Uganda-India, mengguncang tatanan politik dan ekonomi kota metropolitan tersebut. Ia dikenal sebagai politisi muda yang vokal memperjuangkan keadilan ekonomi, kesejahteraan buruh, serta kebijakan sosial pro-rakyat.
Namun, kemenangan ini justru menimbulkan gejolak di kalangan elit bisnis. Salah satunya datang dari John Catsimatidis, taipan minyak dan pemilik jaringan supermarket besar di New York, yang secara terbuka meluapkan kemarahannya setelah hasil pemilu diumumkan.
Dalam pernyataan emosionalnya, Catsimatidis mengancam akan memindahkan seluruh operasional bisnisnya ke New Jersey, menyebut bahwa kebijakan yang diusung Mamdani akan “menghancurkan fondasi ekonomi” kota New York. Reaksi keras ini pun langsung viral dan menjadi perbincangan publik Amerika Serikat.
Kebijakan Ekonomi yang Picu Kontroversi
Salah satu kebijakan utama Mamdani yang paling menuai pro dan kontra adalah rencananya untuk mendirikan toko bersponsor pemerintah kota. Toko-toko ini nantinya akan menjual kebutuhan pokok dengan harga terjangkau tanpa dikenai pajak atau biaya sewa tempat.
Langkah ini, menurut Mamdani, bertujuan mendukung petani lokal dan pelaku usaha kecil agar bisa bersaing dengan jaringan ritel besar yang selama ini mendominasi pasar. Ia juga menilai sistem ekonomi New York terlalu menguntungkan korporasi besar dan meninggalkan masyarakat berpendapatan rendah.
“Tidak masuk akal jika di kota sekaya New York masih banyak keluarga yang kesulitan membeli bahan makanan pokok. Pemerintah harus hadir langsung dalam menciptakan pasar yang adil,” kata Mamdani dalam salah satu pidato kampanyenya.
Namun, kebijakan itu membuat para pengusaha besar seperti Catsimatidis merasa terancam. Ia menilai program tersebut akan mengganggu ekosistem bisnis yang sudah mapan, menurunkan keuntungan sektor ritel swasta, dan berpotensi membuat investor kabur.
Reaksi Dunia Bisnis dan Ekonomi
Kemarahan Catsimatidis tidak berdiri sendiri. Sejumlah asosiasi pengusaha menilai kebijakan Mamdani bisa berdampak negatif terhadap iklim investasi di New York. Mereka khawatir pendekatan ekonomi “anti-korporasi” ini akan membuat perusahaan-perusahaan besar relokasi ke negara bagian lain yang menawarkan insentif pajak lebih kompetitif.
Namun, di sisi lain, kelompok progresif dan aktivis sosial justru menyambut kemenangan Mamdani dengan sukacita. Mereka menilai langkah-langkah radikal ini merupakan angin segar bagi keadilan ekonomi dan distribusi kekayaan yang lebih merata.
“Selama puluhan tahun, kota ini dikendalikan oleh kepentingan bisnis besar. Saatnya warga kelas pekerja mendapatkan keadilan,” ujar seorang anggota serikat buruh lokal.
Mamdani sendiri menanggapi reaksi keras dari para pengusaha dengan santai. Ia menegaskan bahwa reformasi ekonomi yang digagasnya tidak bermaksud menghancurkan bisnis, melainkan menyeimbangkan struktur kekuasaan ekonomi agar warga biasa juga bisa berkembang.
Siapa Zohran Mamdani Sebenarnya?
Zohran Kwame Mamdani adalah politisi progresif muda dari Partai Demokrat Sosialis Amerika (DSA). Ia lahir dari keluarga intelektual ternama—ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah akademisi asal Uganda, sedangkan ibunya, Mira Nair, merupakan sutradara kenamaan dunia.
Karier politik Mamdani melejit cepat. Sebelum terpilih sebagai wali kota, ia dikenal sebagai anggota parlemen negara bagian New York yang vokal memperjuangkan isu perumahan, upah minimum, serta kebijakan transportasi ramah lingkungan.
Sikapnya yang kritis terhadap perusahaan besar dan keberpihakannya pada kaum pekerja membuatnya dicintai oleh kalangan muda, tetapi sekaligus ditakuti oleh para pengusaha besar. Kemenangannya kali ini dianggap sebagai simbol kebangkitan politik sayap kiri di Amerika Serikat, terutama di tengah ketidakpuasan masyarakat terhadap kesenjangan ekonomi.
Kecemasan Para Miliarder
Reaksi Catsimatidis mencerminkan kekhawatiran mendalam kalangan elit bisnis terhadap arah baru kebijakan New York. Mereka menilai pemerintahan Mamdani bisa membawa perubahan drastis terhadap struktur pajak dan regulasi korporasi.
Selain kebijakan toko bersponsor kota, Mamdani juga mengusulkan pajak progresif lebih tinggi untuk miliarder dan perusahaan besar. Pajak ini disebut akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek publik seperti perumahan rakyat, pendidikan gratis, dan program bantuan sosial.
“Jika mereka tidak ingin berkontribusi untuk rakyat New York, silakan pindah,” ujar salah satu juru bicara tim Mamdani dengan nada menantang, menanggapi ancaman eksodus bisnis besar.
New York di Persimpangan Ekonomi
Kemenangan Mamdani menandai pergeseran besar dalam arah politik dan ekonomi New York. Kota yang selama ini dikenal sebagai pusat kapitalisme global kini berada di persimpangan jalan antara mempertahankan status quo atau bertransformasi menjadi kota yang lebih egaliter.
Para analis memperkirakan bahwa dalam jangka pendek, konflik antara pemerintah kota dan kelompok bisnis besar akan terus memanas. Namun dalam jangka panjang, perubahan ini bisa membawa dampak positif jika kebijakan redistribusi ekonomi berhasil dijalankan dengan efisien.
Beberapa pakar ekonomi juga mengingatkan agar pemerintahan baru berhati-hati dalam menerapkan kebijakan radikal. Mereka menilai bahwa reformasi ekonomi harus dilakukan bertahap, agar tidak menimbulkan kepanikan di kalangan investor dan tidak merugikan tenaga kerja di sektor swasta.
Penutup: Awal dari Pertarungan Ideologi Baru
Kisah antara Zohran Mamdani dan John Catsimatidis bukan sekadar pertikaian antara politisi dan pengusaha. Ini adalah benturan dua ideologi besar—antara kapitalisme tradisional yang menekankan kebebasan pasar dan sosialisme modern yang menuntut pemerataan kesejahteraan.
Apakah New York akan menjadi contoh sukses bagi pemerintahan progresif yang menyeimbangkan ekonomi rakyat dan korporasi besar, atau justru menjadi ajang tarik-menarik kepentingan ekonomi yang melelahkan, masih menjadi tanda tanya besar.
Satu hal pasti, kemenangan Mamdani telah menyalakan kembali perdebatan lama tentang siapa yang sebenarnya mengendalikan arah ekonomi kota: rakyat atau para miliarder.

Cek Juga Artikel Dari Platform
