Grup Sesama Jenis Marak di Facebook, Bupati Bangkalan Santai
kabarsantai – Fenomena maraknya grup sesama jenis di media sosial, khususnya Facebook, turut menjadi sorotan masyarakat Bangkalan, Madura. Sejumlah warga menyampaikan keresahan terkait keberadaan grup tersebut yang dinilai tidak sesuai dengan norma sosial dan budaya lokal. Namun, Bupati Bangkalan, R. Abdul Latif Amin Imron, memberikan respons berbeda dengan menyikapinya secara lebih tenang.
Fenomena di Media Sosial
Dalam beberapa bulan terakhir, muncul puluhan grup sesama jenis di Facebook yang beranggotakan warga Madura, termasuk dari Bangkalan. Grup ini digunakan untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, hingga membangun komunitas virtual. Kondisi ini sempat menimbulkan kehebohan setelah beberapa tangkapan layar percakapan tersebar di media lokal dan grup WhatsApp masyarakat.
Respons Bupati Bangkalan
Menanggapi hal tersebut, Bupati Bangkalan menilai bahwa fenomena ini tidak bisa serta-merta dikendalikan pemerintah daerah, mengingat media sosial bersifat global dan tidak terbatas wilayah. Ia meminta masyarakat tetap tenang dan bijak dalam menyikapi isu ini. “Saya kira ini bagian dari dinamika sosial di era digital. Pemerintah daerah tentu menghargai norma dan budaya setempat, tapi tidak bisa serta-merta masuk ke ranah pribadi di media sosial,” kata Ra Latif, sapaan akrab bupati.
Tekankan Edukasi dan Pengawasan
Meski bersikap santai, Bupati Bangkalan menekankan pentingnya edukasi serta pengawasan terhadap generasi muda. Menurutnya, peran keluarga dan sekolah sangat penting agar anak-anak tidak terjerumus pada hal yang dianggap menyimpang oleh masyarakat. “Yang paling utama adalah memberikan pemahaman sejak dini, membentuk karakter, dan memperkuat nilai agama serta budaya,” jelasnya.
Reaksi Warga dan Tokoh Agama
Sikap bupati ini menuai beragam tanggapan. Sebagian warga menilai pemerintah harus lebih tegas karena khawatir fenomena tersebut bisa merusak moral generasi muda. Tokoh agama setempat juga menyuarakan keprihatinan, namun tetap mendorong agar langkah yang diambil bersifat persuasif, bukan represif. “Perlu ada pendekatan yang bijak, bukan hanya larangan, agar masyarakat paham dan sadar,” ujar KH. Fauzi, salah satu ulama di Bangkalan.
Tantangan Era Digital
Fenomena ini kembali menegaskan tantangan besar yang dihadapi masyarakat di era digital. Media sosial menjadi ruang bebas berekspresi yang sulit diawasi oleh otoritas lokal. Karena itu, sinergi antara pemerintah, tokoh masyarakat, dan keluarga menjadi kunci dalam menjaga nilai sosial tanpa menimbulkan diskriminasi.
Dengan sikap santai namun tetap mengedepankan edukasi, Bupati Bangkalan berusaha menunjukkan bahwa fenomena sosial modern perlu dihadapi dengan kepala dingin. Ia berharap masyarakat tidak hanya fokus pada kontroversi, tetapi juga memperkuat ketahanan budaya lokal agar tidak mudah tergerus arus globalisasi.
