Warga Pendatang di Yahukimo Kembali Jadi Korban Penganiayaan, Diduga Dilakukan Simpatisan KKB
kabarsantai.web.id Kasus kekerasan terhadap warga pendatang kembali mengguncang Kabupaten Yahukimo. Seorang pria bernama Jako, warga asal Sulawesi Selatan dari Suku Selayar, menjadi korban penganiayaan brutal yang diduga dilakukan oleh simpatisan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kodap XVI Yahukimo. Peristiwa itu terjadi di salah satu kios yang berlokasi di Jalan Baliem, Distrik Dekai, ketika suasana malam masih cukup ramai oleh aktivitas warga. Serangan datang tiba-tiba tanpa peringatan, meninggalkan luka serius pada tubuh korban dan ketakutan di tengah masyarakat sekitar.
Setelah kejadian, Jako segera dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Dekai untuk mendapatkan perawatan medis intensif. Kondisinya disebut stabil namun masih mengalami trauma mendalam akibat serangan tersebut. Warga sekitar yang menyaksikan kejadian mengaku kaget karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya, tiba-tiba suara keributan dan jeritan terdengar di sekitar kios kecil itu.
Aksi Brutal yang Mengusik Rasa Aman Warga
Kekerasan terhadap warga pendatang bukan hal baru di wilayah pegunungan Papua. Namun, insiden ini kembali memunculkan rasa takut di kalangan masyarakat yang selama ini berusaha hidup berdampingan dengan damai. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pelaku datang seorang diri, langsung menyerang korban dengan benda tajam, lalu melarikan diri ke arah pemukiman di pinggiran Distrik Dekai.
Aparat keamanan menduga pelaku adalah bagian dari jaringan simpatisan KKB Kodap XVI Yahukimo. Motif serangan ini diyakini bukan sekadar tindakan individu, melainkan upaya untuk menciptakan keresahan dan mengganggu stabilitas keamanan di wilayah tersebut. Beberapa warga bahkan mengaku telah melihat pergerakan mencurigakan beberapa hari sebelum kejadian, namun tidak menyangka akan berujung pada kekerasan terbuka seperti ini.
Pihak berwenang langsung turun tangan begitu laporan diterima. Personel Satgas Operasi Damai Cartenz bersama Polres Yahukimo melakukan penyisiran di sekitar lokasi, mengamankan tempat kejadian perkara, serta mengumpulkan keterangan dari para saksi. Dalam waktu singkat, garis polisi dipasang, dan area sekitar kios ditutup sementara untuk proses penyelidikan.
Tindakan Tegas Aparat Keamanan
Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Dr. Faizal Ramadhani, menyampaikan bahwa setiap tindakan kekerasan terhadap masyarakat sipil tidak akan ditoleransi dalam bentuk apa pun. Ia menegaskan bahwa aparat telah menurunkan tim investigasi khusus untuk mengungkap pelaku di balik peristiwa ini.
“Kami telah menurunkan tim untuk menyelidiki kasus ini dan memastikan pelaku segera tertangkap. Setiap aksi yang mengancam keselamatan masyarakat tidak boleh dibiarkan,” ujar Brigjen Pol Faizal dengan nada tegas.
Menurutnya, operasi pengamanan di wilayah Yahukimo terus ditingkatkan dengan pola deteksi dini terhadap potensi gangguan keamanan. Pendekatan humanis juga tetap dilakukan agar masyarakat tidak hidup dalam ketakutan, melainkan merasa dilindungi oleh negara.
Sementara itu, Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol Adarma Sinaga, juga menegaskan pentingnya sinergi antara aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah. Menurutnya, keamanan di Papua tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan senjata, tetapi harus disertai upaya membangun kepercayaan sosial antarwarga.
Upaya Menjaga Stabilitas dan Ketenangan di Yahukimo
Kombes Pol Adarma menyampaikan bahwa pihaknya kini memperkuat patroli di wilayah rawan, termasuk di jalur utama menuju Distrik Dekai. Polisi dan TNI juga terus berkoordinasi dengan aparat kampung untuk mengidentifikasi potensi ancaman lebih awal.
“Kami meningkatkan patroli dan kegiatan preventif di wilayah Yahukimo. Aparat keamanan akan terus hadir untuk melindungi seluruh masyarakat, baik warga asli Papua maupun pendatang,” ujarnya.
Langkah ini disambut positif oleh masyarakat setempat. Beberapa warga mengaku mulai kembali beraktivitas dengan hati-hati, namun tetap waspada terhadap potensi gangguan keamanan. Mereka berharap tindakan tegas terhadap pelaku bisa segera dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang.
Banyak pihak menilai, kasus ini menjadi refleksi penting bagi pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat perlindungan terhadap masyarakat sipil di daerah rawan konflik. Pendatang di wilayah pegunungan Papua seringkali menjadi sasaran karena dianggap simbol kehadiran “pihak luar”, padahal mereka hanya mencari nafkah dan berkontribusi pada pembangunan daerah.
Harapan untuk Keamanan yang Berkelanjutan
Peristiwa penganiayaan ini tidak hanya meninggalkan luka fisik bagi korban, tetapi juga meninggalkan trauma psikologis yang mendalam bagi komunitas pendatang. Namun di sisi lain, insiden ini membuka ruang diskusi baru mengenai pentingnya pendekatan kemanusiaan dan dialog sosial dalam menjaga stabilitas Papua.
Berbagai pihak kini mendorong agar aparat tidak hanya berfokus pada tindakan represif, tetapi juga memperkuat pendekatan sosial untuk meredam potensi konflik. Program edukasi, kegiatan bersama lintas suku, serta dialog keamanan diyakini bisa menjadi solusi jangka panjang dalam menciptakan rasa aman di Yahukimo.
Masyarakat berharap, dengan langkah cepat aparat dan sinergi antarinstansi, kedamaian bisa kembali menyelimuti wilayah tersebut. Jako dan para pendatang lainnya ingin hidup tanpa rasa takut, tanpa harus was-was setiap kali hari berganti malam.
Kini, seluruh perhatian tertuju pada hasil penyelidikan aparat. Semua berharap pelaku segera tertangkap dan keadilan ditegakkan, agar Yahukimo bisa kembali menjadi tempat di mana semua warga — tanpa memandang asal-usul — bisa hidup damai dan saling menghormati.

Cek Juga Artikel Dari Platform updatecepat.web.id
